Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya, “ Jas Merah” jangan sekali-kali melupakan sejarah, demikian seringkali dilontarkan oleh Ir. Soekarno, Presiden R.I. pertama sekaligus salah seorang pendiri negara ini kaitannya dengan ucapan Bung Karno (Ir. Soekarno) tersebut. Kami selaku generasi penerus dari FKPP Kian Santang Siliwangi Kota Bekasi merasa perlu menjalin kembali catatan-catatan sejarah dari arsip-arsip peninggalan salah seorang anak Bekasi yang juga dikenal sebagai tokoh pejuang Bekasi dari Divisi Siliwangi
Adapun maksud dan tujuan penulisan kembali catatan-catatan tersebut adalah agar dapat menjadi pelajaran, (bukan sekedar kenangan sejarah) bagi generasi penerus NKRI, khususnya yang tergabung dalam FKPP Kian Santang Siliwangi, bahwa NKRI adalah harga mati dan patut kita pertahankan dan perjuangkan apabila ada aliran-aliran/gerakan-gerakan yang berusaha mengacaukan, merubah keutuhan NKRI, adapun sejarah ringkasnya adalah sebagai berikut :
1. Front Jakarta-Timur/daerah Bekasi dan sekitarnya semasa perang Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945-1949 merupakan daerah yang amat vital, baik dalam menghadapi tentara Jepang, tentara Sekutu maupun tentara Kolonial Belanda, yang dengan semangat tempur yang heroik telah dipertahankan oleh pasukan-pasukan R.I dalam perjuangan menegakkan kemerdekaan dan kedaulatan R.I yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
2. Semasa periode 1945 hingga permulaan tahun 1950 maka daerah Bekasi masih merupakan Kecamatan dari Kabupaten Jatinegara, dan baru sejak permulaan tahun 1950 sebagai penghargaan atas jasa-jasanya semasa perang kemerdekaan maka daerah Bekasi ditingkatkan menjadi Kabupaten dari Propinsi Jawa Barat.
3. Segera setelah diumumkan dekrit Presiden R.I tentang pembentukan BKR pada tanggal 23 Agustus 1945, maka atas prakarsa dari sejumlah mantan anggota Heiho dan Peta pimpinan saudara Zakaria dibentuk BKR Bekasi dengan beranggotakan pemuda-pemuda yang sudah pernah mendapat latihan kemiliteran dari kalangan Seinendan, Keibodan dan Gakutotai, sehingga dengan demikian pasukan BKR Bekasi sudah memiliki disiplin yang cukup baik.
4. Ketika pada tanggal 19 September 1945 dilapangan Ikada, Jakarta, diadakan rapat raksasa sebagai bukti kebulatan tekad bangsa Indonesia untuk mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, maka atas prakarsa BKR Bekasi telah dikirim lebih 10.000 rakyat dalam rapat raksasa tersebut.
5. Dengan semnagat perjuangan yang meluap-luap ini maka pada akhir bulan September 1945 pasukan BKR Bekasi telah melakukan penghadangan dan penyergapan BKR Bekasi telah melakukan penghadangan dan penyergapan disekitar kali Bekasi terhadap kereta Api yang datang dari jurusan Cikampek dan memuat K.L satu kompi tentara Jepang yang sedang menuju ke Jakarta.
6. Rupanya pasukan Jepang itu beranggapan bahwa pada saat itu perang dunia ke-II antara pihak Sekutu dan pihak Jepang sudah selesai, sehingga senjata-senjata mereka tidak lagi diregang oleh masing-masing anggota pasukan, tetapi dikumpulkan disatu tempat tidak jauh dari tempat mereka duduk. Disamping itu mereka juga samasekali tidak menyadari bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya dan bahwa sejak tanggal 23 Agustus 1945 bangsa Indonesia disemua daerah RI telah menyusun kekuatan militernya berupa pasukan-pasukan BKR setempat.
7. Penghadangan dan penyergapan oleh pasukan BKR Bekasi sama sekali tidak diduga oleh pasukan Jepang, sehingga mereka cukup terperanjat dan dapat didahului oleh pasukan BKR Bekasi dalam merebut senjata-senjata yang terkumpul disuatu tempat, sehingga keseluruhan pasukan Jepang itu mengalami kehancuran total dan K.L 98 tentara Jepang dapat ditewaskan oleh pihak BKR Bekasi. Dengan kemenangan ini maka pasukan BKR memperoleh persenjataan mereka yang pertama yang cukup banyak untuk selanjutnya melakukan tugas-tugas pertahanan negara mereka dengan sebaik-baiknya.
8. Setelah pada tanggal 19 Nopember 1945 TKR Jakarta markasnya dipindahkan dari Jakarta Ke Cikampek dan pasukan-pasukannya diperintahkan untuk mengosongkan kota Jakarta, maka kompi Zakaria ditempatkan dibawah komando Batalyon Sambas A Atmadinata dengan tempat kedudukan didaerah Bekasi yang merupakan pusat dari front Jakarta Timur dalam menghadapi pasukan-pasukan sekutu maupun Nica/Belanda yang bergerak dari Jakarta kearah Timur, sehingga terjadi kontak senjata yang terus menerus antara kedua belah pihak.
9. Disekitar tanggal 11 Desember 1945, setelah antara pihak RI dan pihak Sekutu pada tanggal 30 Nopember 1945 sudah ada persetujuan untuk bekerjasama dalam pelaksanaan tugas-tugas Internasional mengenai pemulangan 35.000 tentara Jepang dan 36.000 bekas tawanan perang Interniran berkebangsaan Sekutu. Sekalipun menurut persetujuan kerjasama tersebut diatas pihak Sekutu berjanji tidak akan lagi melakukan operasi militer yang dapat mengganggu operasi pihak-pihak RI dalam hubungan kerjasama ini, namun sebuah pesawat Dakota Sekutu ternyata pada saat itu memasuki wilayah udara RI sehingga terkena tembakan oleh pasukan RI pimpinan Kapten Zakaria. Pesawat Dakota Sekutu itu kemudian terpaksa melakukan pendaratan darurat, sehingga akibat sergapan oleh pihak pasukan RI pesawat hancur sama sekali dan awak kapal maupun satu regu pasukan bersenjata Sekutu tewas semuanya.
10. Pada tanggal 13 Desember 1945, maka pihak Sekutu melakukan operasi balasan dan seluruh kota Bekasi, baik sebelah Barat maupun sebelah Timur kali Bekasi, dihancurkan oleh pihak Sekutu dengan pemboman dari udara. Padahal justru mulai tanggal 11 Desember 1945 pihak RI mulai melakukan pengiriman kereta-kereta api dengan perbekalan untuk para bekas interniran Sekutu (APWI) di Bandung, yang kereta-kereta api itu dikawal oleh pasukan-pasukan akademi militer Tangerang dan berangkat dari Jakarta ke Bandung melalui Bekasi dan Cikampek. Namun demikian pihak RI tetap menunjukan goodwill internasionalnya, dan gangguan-gangguan dari pihak Sekutu tidak mengurangi kebulatan tekad pihak RI dalam menjalankan tugas-tugasnya internasionalnya, tetapi sebaliknya menyadarkan betapa berat tugas yang dipikulnya sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat.
11. Pelanggaran kedua besar-besaran oleh pihak Sekutu dalam rangka operasi POPDA (Panitia Oerusan Penyingkiran Djepang dan APWI) terjadi disekitar akhir bulan Maret 1945, yaitu ketika pihak Sekutu melakukan operasi darat besar-besaran kearah kedudukan pihak RI, sehingga tepi barat kali Bekasi diduduki oleh piha Sekutu dan pos depan pihak RI terpaksa ditarik kembali hingga Tambun. Operasi Sekutu ini terjadi sesudah pihak RI menembak jatuh sebuah pesawat pengintai Sekutu yang terbang memasuki wilayah udara RI. Pelanggaran oleh pihak Sekutu I ni terjadi ditengah-tengah pihak RI sedang melakukan tugas-tugas operasi POPDA, cq pemulangan bekas interniran Sekutu (kebanyakan berkebangsaan Belanda), sehingga dapat dibayangkan betapa sulit dan rumit tugas-tugas yang harus dilakukan oleh pasukan-pasukan RI difront Jakarta Timur / daerah Bekasi dan sekitarnya dalam menjaga keutuhan wilayah kedaulatan RI.
12. Lebih dari satu bulan pihak Resimen Cikampek menutup lalulintas kereta api melalui Bekasi ke Jakarta, dan baru setelah ada perintah khusus dari Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo selaku Kepala Staf Umum TKR kepada Panglima Komandemen TKR Jawa Barat, maka hubungan kereta api melalui daerah Bekasi dibuka kembali. Hal ini terjadi atas pertimbangan agar supaya penduduk Jakarta yang tetap setia kepada RI dibawah pimpinan Walikota Soewirjo, tetap dapat memperoleh supply bahan makanan daerah Bekasi dan Karawang, dan agar supaya kereta-kereta api POPDA yang mengangkut bekas interniran Sekutu dari Jawa Tengah dan Jawa Timur dapat melanjutkan perjalanannya ke Jakarta dalam rangka pelaksanaan tugas internasional RI yang pertama.
13. Pasukan-pasukan RI difront Jakarta Timur / daerah Bekasi dalam menghadapi tentara Sekutu sungguh memikul tugas rangkap yang rumit dan saling bertentangan, yaitu disatu pihak mereka harus mempertahankan keutuhan wilayah kedaulatan RI, tetapi dilain pihak mereka harus bekerjasama dengan pihak Sekutu dalam mengamankan tugas internasional pemulangan bekas interniran Sekutu yang selama periode bulan Desember 1945 hingga akhir bulan Mei 1947 selama K.L. 30 kali melintasi daerah tak bertuan yang terbentang antara pos depan RI di Tambun dan pos depan Sekutu disebelah barat kali Bekasi, dan selama itu sejumlah 30 x 700 = 21.000 orang bekas interniran Sekutu berhasil dipulangkan dengan baik ke Jakarta dalam operasi POPDA tahun 1945-1947. Semua tugas pengamanan lalu lintas kereta api POPDA melalui Karawang, Tambun hingga Bekasi dibebankan pada kompi Zakaria, cq peleton Tom blog, yang berkat disiplin yang tinggi dari pasukannya kesemuanya dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga merupakan sumbangan yang berharga dalam menjunjung tinggi nama baik RI dimata dunia internasional.
14. Sesudah akibat keberhasilan operasi POPDA seluruh tentara Sekutu ditarik kembali dari Indonesia pada akhir bulan Nopember 1946, maka pihak RI tinggal berhadapan dengan tentara Kolonial Belanda, yang masih mencoba untuk mengembalikan penjajahannya di Indonesia. Melalui dua kali agresi kolonial pihak Belanda mencoba menghancurkan RI, tetapi ternyata tidak berhasil dan akhirnya pada tanggal 27 Desember 1949 pihak Belanda harus mengakui kedaulatan Indonesia dan tentara kolonial Belanda ditarik kembali dari Indonesia, sedang selanjutnya RI menjadi anggota resmi dari Perserikatan Bangsa-bangsa.
15. Suatu hal yang khas dari perjuangan RI didaerah Bekasi, yang sejak Komandemen TKR Jawa Barat berubah menjadi Divisi Siliwangi, dikendalikan oleh Brigade Kian Santang, ialah bahwa sewaktu Divisi Siliwangi hidjrah ke Jawa Tengah dari bulan Januari 1948 hingga bulan Januari 1949, daerah Bekasi tidak pernah ditinggalkan oleh pasukan TNI, karena dengan idzin dari komandan Batalyon Sambas Atmadinata, kompi Zakaria melanjutkan perjuangan atas kekuatan sendiri di daerah Bekasi dan sekitarnya, dan berhasil mempertahankan diri dengan sukses terhadap semua usaha Belanda untuk mengepung dan menghancurkannya, hingga akhirnya pada bulan Januari 1949 dapat bergabung kembali dengan brigade Kian Santang pimpinan Letnan Kolonel Sambas Atmadinata, yang melalui long-march Divisi Siliwangi yang terkenal berhasil memasuki kembali daerah Bekasi dan sekitarnya. Harus dicatat disini bahwa keberhasilan kompi Zakaria disebabkan tidak hanya oleh semangat tempur dari kesatuan operasionalnya yang berintikan TNI, tetapi juga oleh operasi teritorialnya yang baik, yang dapat dicapai berkat bantuan dari pasukan-pasukan polisi desa RI yang bergabung dengan kompinya, dengan mempergunakan desa kayuringin sebagai pangkalan utama semasa perjuangan gerilya dari bulan januari 1948 hingga bulan Januari 1949.
16. Ketika pada tanggal 1 Nopember1946 Panglima Besar Jenderal sudirman dengan didampingi komandan operasi POPDA Jenderal Mayor Abdulkadir beserta sejumlah besar perwira staf Markas Besar Tentara dengan kereta api luar biasa melintasi daerah Bekasi dalam perjalanannya dari Yogyakarta menuju ke Jakarta untuk meratifikasi persetujuan gencatan senjata dengan panglima tentara Sekutu letnan jenderal Montague Stopford, maka kompi Zakaria ditugaskan untuk menjaga jalan kereta api dari Tambun hingga Kranji hingga kembalinya panglima besar jenderal Sudirman beserta rombongan ke Yogyakarta. Memang sejak pada awal bulan Januari 1946 ibukota RI dipindahkan ke Yogyakarta dan Jakarta dijadikan kota untuk menjalankan perjuangan diplomatik RI dengan dunia internasional, maka kompi Zakaria diserahi tugas berat untuk bertanggungjawab atas keamanan lalu lintas kereta api RI yang setiap hari melintasi daerah tak bertuan yang terbentang antara pos depan RI dan pos depan Sekutu, sehingga hubungan kereta api antara ibu kota Yogyakarta dan kota perjuangan diplomatik Jakarta yang amat strategis itu dapat berjalan dengan lancer, sambil bersamaan waktu senantiasa siap untuk menghadapi kemungkinan terjadi serangan Sekutu atau Nica/Belanda.
Dari uraian sejarah singkat tersebut, kita dapat menarik kesimpulan, bahwa sudah sepantasnya seorang anak Bekasi / tokoh pejuang Bekasi memperoleh gelar kehormatan “Proklamasi Nasional” karena kegigihannya menjaga dan mempertahankan kedaulatan R.I, Khususnya daerah Bekasi dan sekitarnya saat sebagian pejuang sejarah ke daerah Jawa Tengah dan Banten.
Oleh karena itu kami selaku penerus NKRI yang tergabung dalam FKPP Kian Santang Siliwangi kota Bekasi mendukung usaha-usaha para orang tua kami yang tergabung dalam Yayasan Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia agar Bapak (Alm.) H. Zakaria, mendapat gelar kehormatan Pahlawan Nasional dan namanya dapat diabadikan di salah satu jalan raya di Kota Bekasi ataupun di Kabupaten Bekasi.
Bekasi, 27 Desember 2009
FKPP Kian Santang Siliwangi
Kota Bekasi
Koordinator Kota Bekasi Sekretaris,
Iman Martaman Komarudin
NRPA. 01.020483 NRPA. 01.020484
1. Iman Martaman
2. Chairul Annas W.D